The Hanz Blog |Belajar dan Berbagi
Tampilkan postingan dengan label Militer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Militer. Tampilkan semua postingan

F-15 Eagle

Diposting oleh Rihan Selasa, 07 Desember 2010

F-15 Eagle adalah pesawat tempur taktis segala cuaca yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan superioritas udara dalam pertarungan di langit. Pesawat ini dikembangkan untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, dan pertama kali terbang pada Juli 1972. F-15E Strike Eagle adalah variannya yang merupakan pesawat tempur serang yang mulai dipakai pada tahun 1989. Angkatan Udara Amerika Serikat berencana untuk tetap menggunakan F-15 sampai tahun 2025.[1]

F-15 Eagle
McDonnell Douglas Logo.png
DF-ST-92-07383-C.jpg
F-15 Angkatan Udara Arab Saudi.
 Tipe Pesawat tempur superioritas udara
 Produsen McDonnell Douglas
Boeing IDS
 Terbang perdana 27 Juli 1972
 Diperkenalkan 9 Januari 1976
 Pengguna Amerika Serikat
Israel
Jepang
Arab Saudi
 Harga satuan US$29,9 juta {1998}
 Varian F-15E
F-15S/MTD
F-15SE Silent Eagle

Daftar isi

[sembunyikan]

Sejarah

Pada Perang Korea, pesawat tempur Amerika Serikat yang dapat mengalahkan pesawat tempur MiG-15 Soviet hanya adalah F-86 Sabre. Kemudian pada tahun 1965, komunitas pesawat tempur dikejutkan dengan hancurnya pesawat-pesawat modern F-105 Thunderchief oleh MiG-17 era pasca-Perang Korea, pada Perang Vietnam. Intelijen Angkatan Udara Amerika Serikat kemudian mengetahui bahwa Uni Soviet sedang dalam tahap mengembangkan pesawat tempur yang lebih besar, yang dinamakan MiG-25. Pada Perang Vietnam, pesawat yang memiliki persenjataan, jarak jangkau, dan kelincahan yang cukup untuk mengalahkan pesawat tempur buatan Soviet hanyalah F-4 Phantom II. Namun, pesawat ini masih memiliki banyak kelemahan.
Angkatan Udara AS membutuhkan pesawat yang lebih baik dari F-4 Phantom. Setelah menolak program VFX Angkatan Laut AS (yang akhirnya menghasilkan F-14 Tomcat), Angkatan Udara AS membuat program mereka sendiri, yaitu FX (Fighter Experimental), dengan spesifikasi untuk pesawat tempur superioritas udara yang relatif ringan. Tiga perusahaan menyerahkan proposal, yaitu Fairchild Republic, North American Rockwell, dan McDonnell Douglas. Angkatan Udara AS mengumumkan bahwa mereka telah memilih McDonnell Douglas pada tanggal 23 Desember 1969. Disain yang terpilih menggunakan sayap ekor ganda mirip dengan F-14, namun tidak menggunakan sayap lipat.
F-15A prototip pertama, S/N 71-0280.
Versi paling pertamanya, yang diberikan nama F-15A untuk varian kursi tunggal dan F-15B untuk varian berkursi ganda, digerakkan oleh mesin yang baru, Pratt & Whitney F100, yang dapat mencapai perbandingan dorongan dengan berat rasio 1 banding 1. Meriam tanpa selongsong 25 mm Ford-Philco GAU-7 yang awalnya dikembangkan untuk pesawat ini dibatalkan karena menemui masalah pengembangan, dan digantikan meriam M61 Vulcan standar. F-15 juga melanjutkan pemakaian empat rudal Sparrow, sama seperti Phantom. Sayap tetap F-15 terpasang pada badan pesawat yang dibuat lebar dan datar, yang membantu sayap memberikan dorongan ke atas. Pengembangan F-15E Strike Eagle juga akhirnya menghasilkan pesawat untuk menggantikan F-111 Aardvark.
Namun, perdebatan di dalam tubuh Angkatan Udara Amerika Serikat mengenai F-15 yang terlalu besar sebagai pesawat tempur superioritas udara, dan dinilai terlalu mahal untuk diproduksi secara menyeluruh menggantikan F-4 dan A-7 mengakibatkan dimulainya program Light Weight Fighter (Pesawat Tempur Ringan), yang akhirnya akan menghasilkan pesawat tempur ringan F-16 Fighting Falcon dan pesawat tempur menengah F/A-18 Hornet.

Kecelakaan yang berakibat larangan terbang

Pada 2 November 2007, F-15C jatuh pada latihan di Missouri. Sang pilot selamat melontarkan diri, tetapi kecelakaan ini memicu pelarangan terbang (grounded) bagi pesawat F-15. Kecelakaan pada awalnya adipercaya karena kegagalan struktur pesawat sehingga pecah saat terbang. Pada 3 November 2007, semua F-15 dilarang terbang untuk semua misi yang tidak kritis (non-mission critical).[2] Hari berikutnya larangan ini diperluas pada pesawat yang beroperasi (non-critical mission) di timur tengah.[3] Pada 13 November 2007 lebih dari 1,100 pesawat dilarang terbang di seluruh dunia setelah Israel, Jepang dan Saudi Arabia juga melarang terbang pesawat F-15 mereka.[4] Pada 14 November, Model F-15E diperbolehkan terbang setelah setiap pesawat di inspeksi.[5]

Spesifikasi (F-15C Eagle)

Gambar teknis F-15 Eagle.
Data dari USAF fact sheet,[6] Jane's All the World's Aircraft[7]

Karakteristik umum

  • Kru: 1
  • Panjang: 63,8 ft (19,44 m)
  • Lebar sayap: 42,8 ft (13 m)
  • Tinggi: 18,5 ft (5,6 m)
  • Area sayap: 608 ft² (56,5 m²)
  • Airfoil: NACA 64A006.6 root, NACA 64A203 tip
  • Berat kosong: 28.000 lb (12.700 kg)
  • Berat terisi: 44.500 lb (20.200 kg)
  • Berat maksimum lepas landas: 68.000 lb (30.845 kg)
  • Mesin: 2× Pratt & Whitney F100-100,-220, atau -229 turbofan
    • Dorongan kering: 17.450 lbf (77,62 kN) masing-masing
    • Dorongan dengan afterburner: 25.000 lbf untuk -220; 29.000 lbf untuk -229 (111,2 kN untuk -220; 129,0 kN untuk -229) masing-masing

Performa

F-15 vertical deploy.jpg
    • Ketinggian rendah: Mach 1,2 (1.450 km/jam)
    • Ketinggian tinggi: Mach 2,5 (3.018 km/jam)
  • Jarak jangkau ferri: 3.000 nm (5.600 km) dengan bahan bakar eksternal
  • Batas tertinggi servis: 65.000 ft (20.000 m)
  • Laju panjat: >50.000 ft/min (254 m/s)
  • Beban sayap: 73,1 lb/ft² (358 kg/m²)
  • Dorongan/berat: 1,12 (-220), 1,30 (-229)

Persenjataan

Avionik

  • Radar:
  • Countermeasures:
  • AN/APX-76 IFF interrogator
  • AN/ALQ-128 radar warning suite
  • AN/ALR-56 radar warning receiver
  • ALQ-135 internal countermeasures system
  • AN/ALE-45 chaff/flare dispensers

Referensi

Lihat pula

Pengembangan yang berhubungan

Pesawat sebanding

Urutan penamaan

F-20 Tigershark

Diposting oleh Rihan Jumat, 05 November 2010

F-20 Tigershark
F-20 flying.jpg
F-20 Tigershark
 TipeFighter aircraft
 ProdusenNorthrop Corporation
 Terbang perdana30 August 1982
 StatusDid not enter production
 Jumlah produksi3
 Biaya programUS$1.2 billion
 Acuan dasarNorthrop F-5

F-20 firing a missile.jpg
F-20 Northrop colors in flight.jpg
F-20 cockpit mock-up.jpg
F-20 Agressor.jpg
F-20 in Northrop colors takeoff .jpg
USAF Northrop F20-1 300.jpg
Two f-20 in flying.jpg
Pesawat tempur F-20 Tigershark (Hiu Macan), adalah pesawat tempur hasil pengembangan dari F-5 Tiger II buatan Northrop Corp (kini Northrop Grumman), Amerika Serikat. Meski mengusung teknologi yang cukup maju untuk kebutuhan pesawat tempur abad ke-21 dan telah dipertontonkan kehebatannya dalam berbagai pameran di dunia termasuk pameran kedirgantaraan Farnborough di Inggris, pesawat ini dihentikan produksinya karena tidak ada satupun pesawatnya yang laku terjual, meski sebenarnya adalah ditujukan untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger II yang dioperasikan oleh negara-negara dunia ketiga yang umumnya memiliki anggaran militer terbatas.
Sebabnya adalah kebijakan pemerintah Amerika Serikat sendiri yang memang tidak berminat mengoperasikan pesawat ini dalam jajaran armadanya, selain itu pemerintah Ronald Reagan sendiri tidak mengizinkan penjualan pesawat tersebut ke negara yang saat itu ditujukan sebagai pembeli potensial yakni India dan Taiwan, alasannya adalah pesawat itu terlalu bagus.
Dengan kemampuannya yang cukup modern, bila pembelinya Taiwan, akan membuat buruknya hubungan Amerika Serikat-RRC, sementara bila pembelinya adalah India, maka dikhawatirkan akan jatuhnya teknologi maju yang diterapkan pada pesawat tersebut ketangan Uni Soviet melalui jaringan spionasenya di India. Sementara Arab Saudi yang berminat membeli sejumlah 200 pesawat untuk meremajakan armadanya yang terdiri atas 200 pesawat F-5 Tiger II, mau membelinya jika pesawat itu juga masuk dalam jajaran operasional militer Amerika Serikat.
Pesawat tempur ini sebenarnya, seperti halnya ketika dipromosikan, adalah pesawat yang relatif murah dalam harga dan pengoperasiannya dibandingkan pesawat-pesawat tempur mutakhir lainnya seperti F-4 dan F-16 yang juga ditujukan pada negara-negara sahabat Amerika Serikat. Dengan biaya untuk pengadaan enam pesawat F-4 Phantom, dapat digunakan untuk mengadakan 14 pesawat (satu skadron) F-20 Tigershark. Disebutkan juga biaya terbangnya hanya kurang dari 1000 dolar AS perjam. Bandingkan dengan F-16 yang dua kali lipatnya, bahkan Tornado yang memakan lebih dari tiga kali lipatnya.

Daftar isi

[sembunyikan]

Pencerminan teknologi baru

Selain cukup murah dan mudah dalam perawatannya, F-20 juga memiliki waktu reaksi cukup cepat. Dalam tempo 2 menit 30 detik F-20 sudah berada 20 km dari pangkalannya dalam ketinggian 32000 feet dan mengunci pesawat musuh dalam radius 90 km dari pangkalannya.
Sosoknya yang tidak jauh beda dengan F-5 Tiger II, memiliki kemampuan melesat dengan dua kali kecepatan suara (Mach-2), dilengkapi sistem avionik dan teknologi propulsi, sistem kendali yang cukup modern serta kemudi yang semua ditangani secara elektrik (fly-by-wire) yang diadopsi juga oleh F-16.

Data Teknis

  • Tipe
Pesawat tempur dengan kursi tunggal dengan jenis penyerang taktis (tactical strike fighter), juga memiliki kemampuan untuk patroli udara (Combat Air Patrol) dengan radius 300 mil dari pangkalannya serta dapat dilengkapi tiga tangki bahan bakar 330 galon yang dapat dibuang. Dengan adanya tangki tambahan tersebut, durasi terbang F-20 bertambah lebih dari 2 jam. Serta dapat digunakan untuk pendukung tembakan di udara (Close Air Support)
  • Mesin
Menggunakan satu mesin General Electric F-404 dengan diameter 88 cm dan berat 907 kg, yang juga diguanakan pada F/A 18 Hornet. Mesin ini berdaya dorong 60 persen lebih besar dari kedua mesin J-85-GE-21 yang digunakan F-5 Tiger II dengan daya dorong 10.000 lbs.
Mesin ini dikenal irit bahan bakar dengan konsumsi 60% dari pemakaian bahan bakar yang digunakan oleh pesawat tempur berkecepatan Mach-2. Dengan bahan bakar yang sama, pesawat F-20 dapat melakukan dua sortie penerbangan dibandingkan dengan pesawat tempur yang dipakai dalam armada udara AS.
Bila dibandingkan dengan mesin GE-79 yang dioperasikan F-14 Tomcat, maka mesin ini memiliki 19.000 bagian lebih sedikit , kompresor dan turbin yang kecil dibandingkan mesin pertama. Mesin ini tidak mengalami tanda-tanda stall bila dioperasikan dan telah diujicoba oleh Angkatan Laut AS, termasuk ujicoba dalam menghadapi tekanan atau gaya gravitasi. Bisa dikatakan mesin F-20 sangat ringan, kuat dan berdaya dorong tinggi dan mudah dirawat.
  • Radar dan Peralatan Avionik
Tidak disebutkan radar jenis apa yang diaplikasikan dalam F-20 Tigershark. Disebutkan bahwa radar yang diaplikasikan memiliki kemampuan untuk mengenali segala sasaran, kemampuan melihat ke atas (look-up) dan kebawah (look-down) , mengontrol manuver dan menetukan jarak pertempuran dan berkemampuan segala cuaca serta pembacaan peta yang cukup baik.
Peralatan lain yang digunakan pada dasarnya hampir sama dengan yang diaplikasikan oleh F-5 Tiger II, juga dilengkapi dengan INS (Inertial Navigation System) ditambah dengan Head Up Display (HUD).
  • Persenjataan
F-20 dilengkapi dengan dua kanon M-39 kaliber 20 mm dengan kecepatan tembak 1400 peluru/menit dengan cadangan 450 ikat amunisi. Selain itu dapat juga dipersenjatai dengan kanon Gatling GAU-8 Avenger seperti yang diaplikasikan pada A-10 Thunderbolt II yang teruji dalam perang dapat menghancurkan tank.
F-20 dilengkapi dengan rudal standar untuk pertempuran udara ke udara (Air to Air doghfight) AIM-9 Sidewinder serta rudal jarak jauh BVR (beyond visual range) AM-120 AMRAAM, rudal udara ke darat (Air Ground Missiles) AGM-65 maverick sebanyak empat rudal, serta berbagai macam bom standar seperti Bom Mk-82, smart bomb (bom pintar) serta GEPOD 30 mm (pod tambahan canon 30 mm diluar pesawat).
Sementara untuk konfigurasi bantuan udara (Close Air Support) F-20 dapat membawa tujuh bom Mk-82, dua sidewinder dan dua tangki bahan bakar plus persenjataan lainnya.

Nasib Malang

Dengan kemampuan, ketangguhan dan mudahnya dalam operasional dan perawatan, F-20 Tigershark sebenarnya cukup mampu dioperasikan oleh negara negara maju lebih-lebih negara-negara dunia ketiga yang memiliki anggaran militer khususnya angkatan udara terbatas. Namun tidak adanya dukungan dari Pemerintah Amerika Serikat, dengan sendirinya negara-negara dunia ketiga enggan untuk mengoperasikannya. Hal yang sering dialami oleh produsen persenjataan negara-negara Barat yang sering bertolak belakang dengan kebijakan politik pemerintahannya serta persaingan tidak sehat antar produsen senjata, sehingga hal yang ironis seperti persenjataan yang murah, mudah dan modern sering bernasib hanya sampai di tingkat ujicoba dan prototype saja.

Spesifikasi

(Karakteristik umum)

  • Kru: 1 pilot
  • Panjang: 47 ft 4 in (14.4 m)
  • Lebar sayap: 27 ft 11.9 in / 8.53 m; with wingtip missiles (26 ft 8 in/ 8.13 m; without wingtip missiles)
  • Tinggi: 13 ft 10 in (4.20 m)
  • Area sayap: 200 ft² (18.6 m²)
  • Berat kosong: 13,150 lb (5,090 kg)
  • Berat terisi: 15,480 lb (6,830 kg)
  • Berat maksimum lepas landas: 27,500 lb (11,920 kg)
  • Mesin: 1× General Electric F404-GE-100 turbofan, 17,000 lbf (76 kN)

Performa

Persenjataan

Avionik

F-22 Raptor

Diposting oleh Rihan

F-22 Raptor
A-22 Raptors at Langley.jpg
F-22 mendarat di pangkalan udara Langley.
 TipePesawat tempur siluman
 ProdusenLockheed Martin Aeronautics
Boeing Integrated Defense Systems
 Terbang perdana19 November 1990
 Diperkenalkan15 Desember 2005
 StatusAktif
 PenggunaAmerika Serikat
 Harga satuanUS$120 juta (2006)[1]
 VarianX-44 MANTA
FB-22

F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.

Daftar isi

[sembunyikan]

Sejarah

YF-22, pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22.
Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.
Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
Bagian-bagian pesawat F-22 dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda-beda.

YF-22 'Lightning II'

YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya.[3] Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan julukan Lighting II oleh Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan SuperStar and Rapier.[4] Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lighting II pada 7 Juli 2006.[5]
YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada April 2002, pada saat pengetesan, prototip pertama YF-22 jatuh ketika mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom Morgenfeld, tidak terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.[6]

Produksi

Proses produksi F-22.
F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.[7]

Pergantian nama

Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co., Marietta, Georgia.
Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat merubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat, dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.[8]
Dua F-22 Raptor. F-22 atas merupakan versi pengembangan, Raptor 01.

Pembelian

Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review merubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003 or 2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun 1997 merubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 milyar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang long-lead.
Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan sebanyak $28 milyar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu, yang disebut sebagai "sunk cost," telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan keputusan di masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.
F-22 (atas) dengan pendahulunya, F-15.
Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 milyar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.[9]
F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 milyar per unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 milyar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.

Karakteristik

Pergerakan

Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).
F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrim seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev,[10] dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.[10][11] Ketinggian terbang juga mempengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.[12]

Avionik

Radar APG-77-1A yang dipakai oleh F-22.
F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan mengalami gangguan.
Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.[13] Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.[12]
F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint.[12] Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.[10][12]
Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394),[14] yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.[14]
Ruang senjata internal F-22.

Persenjataan

F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidrolik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.[10]

Kemampuan siluman

F-22 menjatuhkan bom JDAM GBU-32.
Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detil lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi.[15] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk.[16] Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa.[16] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.[16]
Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar,[15] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.

Spesifikasi (F-22 Raptor)

Gambar teknis F-22.
Persenjataan F-22.
Data dari USAF,[17] situs Tim F-22 Raptor,[18] dan Aviation Week & Space Technology[12]

Karakteristik umum

  • Kru: 1
  • Panjang: 62 kaki 1 in (18,90 m)
  • Lebar sayap: 44 kaki 6 in (13,56 m)
  • Tinggi: 16 kaki 8 in (5,08 m)
  • Area sayap: 840 kaki² (78,04 m²)
  • Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
  • Berat kosong: 31.670 lb (14.365 kg)
  • Berat terisi: 55.352 lb (25.107 kg)
  • Berat maksimum lepas landas: 80.000 lb (36.288 kg)
  • Mesin: 2× Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb (155,7 kN) masing-masing

Performa

Persenjataan

  • Udara ke darat:

Avionik

  • Radar: 125-150 mil (200-240 km) terhadap target 1 m² (perkiraan)[12]